PERSELINGKUHAN PENGUSAHA DAN PENGUASA

Kamis, 27 November 2014
 Oleh
Adriansyah

Ekonomi Asia Tenggara merupakan produk dari hubungan antara kekuatan politik dan ekonomi yang berkembang di sejak era kolonial dan terpelihara hingga kini.  Dalam hubungan ini, elit politik memberikan peluang pada elit ekonomi untuk memonopoli perekonomian, yang biasanya dalam industri-industri jasa didalam Negeri, sehingga kelompok elit ekonomi dapat meraup kekayaan dalam jumlah yang sangat besar.

Lingkaran ekonomi kontemporer di Indonesia dibentuk oleh interaksi antara dua kekuatan, yaitu kekuatan migrasi dan kolonial.  Sebelum kolonal Barat datang ke Indonesia, kaum imigran Arab, India, dan China telah lebih dulu menetap di Indonesia.  China  datang dari Negara yang dulu menjadi ekonomi terbesar di dunia hingga abad ke-19, dan migrasinya ke Indonesia  paling banyak.

Di Pulau Jawa, ada bukti bahwa para pengusaha China memasuki manajemen administrasi dan pengelolaan monopoli bersama kaum ningrat Jawa sebelum kedatangan orang-orang Eropa pada abad keenam belas. Para imigran China memilih menjadi pengusaha politis dibanding ekonomis. Hal itu juga terjadi di Jawa, dimana orang China yang kaya berusaha menikahi anak dari keluarga aristokrat di Jawa.

Ketika Soeharto  berkuasa,  selama kekuasaannya ia selalu mengeluh dengan  pengusaha pribumi yang sulit dipercaya. Sementara etnis China jauh bisa lebih dipercaya.  Saat itu Mohammad Bob Hasan (The Kian Seng) diberikan konsesi oleh Soeharto untuk berbisnis kayu besar, bermitra dengan perusahaan-perusahaan asing seperti Georgia Pacific dari Amerika Serikat. Saat pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan pada tahun 1981, Bob Hasan memimpin asosiasi kayu olahan, pengapalan, bisnis real estate , perbankan dan banyak lagi, serta menguasai banyak perusahaan yang bekerjasama dengan anak-anak Soeharto. Setelah Soeharto tumbang, Bob Hasan dipenjara karena kasus kecurangan pemetaan hutan di Jawa pada awal tahun 1990-an, dan dipenjarakan pada Februari 2001.

Sedangkan Hashin Djojohadikusumo yang merupakan kakak kandung Prabowo Subianto, juga menjalin kerjasama dengan Titik Soeharto (adik iparnya), pada tahun 1988 ia mengambil alih pabrik semen terbesar kedua di Indonesia. Imperium Tirtamas  yang menangani semen, pertambangan dan pengapalan, terkena hutang dan hilang oleh krisis.

Namun, di era Orde baru juga tidak lepas dari kerjasama dengan pengusaha India dan Srilanka. Diantaranya adalah Tamil Sri Lanka dan Marimutu Sinivasan dari India, mereka menjadi pemasok dana bantuan politik ke Golkar saat Soeharto berkuasa. Grup Texmaco milik Sinivasan, dengan kekuasaan Soeharto bisa mendapatkan US$ 900 juta dalam bentuk uang kontan. Setelah Soeharto jatuh, dia dinyatakan pemerintah sebagai penghutang terbesar, dengan hutang US$ 2 miliar.

Lalu ada Liem Sioe Liong  (Sudomo Salim), ia dekat dengan Soeharto sejak Soeharto masih di Divisi  Dipenegoro Jawa Tengah dan terlibat dalam perdagangan dan penyelundupan. Ketika Soeharto berkuasa, Liem menjadi Godfather terbesar di Indonesia. Bisnis-bisnis intinya adalah perbankan (manajemennya Mochtar Riyadi), pemrosesan makanan, semen, baja, dan real estate. Liem memasukan anak-anak Soeharto dan sepupunya kedalam perusahaan-perusahaan seperti Bogasari, Indocement dan Bank Central Asia (BCA) sebagai pemegang saham. Di Hongkong ia juga ada perusahaan First Pasific. Saat krisis Asia, BCA kolaps dengan banyaknya pinjaman illegal, sehingga terjadi bailout sebesar US $ 7 miliar. Kini bisnis Liem dilanjutkan oleh Anthony Salim, yaitu masih menguasai perusahaan dan asset di Hongkong dan Singapura.

James Riyadi putra Mochtar Riyadi menjalankan bisnis keluarga di Indonesia, sedangkan saudaranya Stephen menjalankan bisnis keluarganya di Hongkong. Keluarga Riyadi adalah penganut Kristen Evangelis.  Keluarga Riyadi di media Amerika Serikat sangat dikenal kedekatannya dengan Presiden Bill Clinton, mereka memberi kontrol pada Worthen Bank  didaerah basis politik Clinton dan Partai Demokrat. Kini disebut-sebut James Riyadi adalah Godfather yang berada dibalik kesuksesan kampanye Joko Widodo saat Pilkada DKI-Jakarta dan Pilres 2014. Bahkan Kwik Kian Gie mengatakan sulit dibantah kalau pemenangan Jokowi tidak melibatkan para cukong yang menguasai media massa dan televisi.

Dikalangan Godfather pribumi juga tidak lepas dari kerjasama dengan penguasa, sebut saja Abu Rizal Bakrie (Putra Achmad Bakrie )yang menjadi pewaris imperium Bakrie  and Brothers, ia menjalin kerjasama dengan beberapa keluarga Soeharto, kemudian menjadi mentri di era SBY dan perusahaan pertambangannya menggelembung  dalam komoditas global  pada tahun 2006. Dan masih dikalangan pribumi juga ada Jusuf Kalla (Putra Hadji Kalla), dimana ayahnya memiliki kedekatan dengan Soeharto, kemudian  diberikan konsesi untuk distribusi kendaraan bermotor, mobil, dan pemrosesan hasil pertanian, dan banyak lagi. Dilanjutkan dengan Jusuf Kalla  sebagai ahli waris dan menambahkan sejumlah bisnis baru dibidang telekomunikasi.



Dalam buku yang ditulis oleh Joe Strudwell ini, sangat sulit kalau kita berasumsi kalau para Asia Godfather  hanya bekerja keras untuk meraih kekayaan yang besar, padahal mereka juga melakukan hubungan dengan  penguasa beserta keluarganya, bahkan ada yang sampai yang menikahi anak penguasa sebagaimana Godfather yang ada di Hongkong. Ada juga yang menjadi menantu seorang Godfather lalu meneruskan bisnis mertuanya. Kini permainan para Godfather Indonesia masih tetap masuk dalam permainan politik dalam Negeri, dimana mereka membayar media untuk mengangkat citra politisi yang mereka dukung, dan ketika menang nantinya akan memberikan mereka konsesi untuk memonopoli perekonomian dalam Negeri.

Pustaka: Joe Strudwell 2007. Asian Godfather: Menguak Tabir Peselingkuhan Pengusaha dan Penguasa. Jakarta: Alvabet.