KONTRADIKSI ABAD PENCERAHAN

Rabu, 15 Januari 2014
Dialektika adalah segala sesuatu yang mengandung kontradiksi dalam sebuah relasi, misalnya saja dalam kehidupan ada kelahiran dan ada juga kematian sebagai kontradiksinya. Dalam dialektika pencerahan, tokoh seperti Hokreimer dan Adorno memcoba memahami rasionalitas saintifik atau yang dikatakan Max Weber sebagai rasionalitas intstrumental yang dianggap sebagai bentuk kebebasan berpikir, rasionalitas ini  menyingkirkan aspek rohani dan mistik. Sehingga segala sesuatu yang tidak sependapat dengan rasionalitas modern maka akan dianggap kuno dan dogmatis.

Tradisi pencerahan pada ujungnya menjadi sesuatu yang dogmatis pula, dimana segala sesuatu yang tidak sesuai dengan tradisi pencerahan akan dianggap kolot dan terbelakang. Misalnya Karl marx dengan komunismenya termasuk kedalam tradisi pencerahan, yang mengajarkan humanisme  dengan menghapuskan pertentangan kelas. Namun, Stalin sebagai rezim Komunis membangun banyak camp konsentrasi, dimana camp itu membunuh jutaan orang yang tidak mau sependapat dengan ideologi sosialisme. Juga bagaimana Hitler membangun camp konsentrasi untuk membunuh orang-orang Yahudi, camp itu dibangun untuk membunuh banyak orang dengan efisien, ini menandakan Nazi di Jerman yang pada saat itu modern justru tidak memanusiakan orang Yahudi, mereka terlihat begitu rasis.

Hokraimer dan Adorno memahami ekonomi kapitalisme  mempunyai paham yang harus menyeragamkan  semua orang, mulai dari cara bicara, cara makan, dan cara berpenampilan. Bangsa Jerman yang homogen dengan suku Aria, menganggap bangsa Yahudi sebagai the others, maka harus disingkirkan atau di musnahkan. Dan sistem kontrol modern juga merambah ke Indonesia, misalnya adanya kampung Arab, kampung China, dan kampung Pribumi asli. Ini menandandakan ada pengotak-kotakan manusia akibat modernisasi, sehingga sesuatu yang dianggap tidak satu gen maka dianggap the others.

Kemajuan sistem teknologi dan administrasi membuat seseorang makin pintar dan efisien, namun karena teknologi dan administrasi membuat masyarakat semakin terkontrol, mereka menjadi kehilangan kebabasan ditengah modernisasi yang selalu menjanjikan kebebasan. Misalnya ada standarisasi sekolah, akreditasi sekolah. Sistem teknologi E-KTP membuat sidik jari dan kornea mata masyarakat menjadi milik Negara. Seseorang pergi haji harus menggunakan passport dan visa, sehingga seseorang pergi haji bisa menunggu 2-3 tahun. Dengan adanya administrasi dengan berupa standarisasi membuat seseorang kehilangan otonomi manusia dan justru semakin merumitkan, otonomi moral Immanuel kant yang membedakan mana moral baik dan moral buruk dihilangkan, sehingga di era modernitas ini kita sulit membedakan mana yang baik mana yang benar. Padahal, dalam praktek asketisme segala bentuk standarisasi dihilangkan, misalnya tarekat itu tujuannya cuma satu, tapi prakteknya berbeda-beda disetiap komunitas tarekat.

Yang paling dirugikan dalam dialektika pencerahan adalah subjektivitas manusia, pada saat kaum pencerahan ingin membebaskan manusia dari dogma-dogma agama di eropa justru mereka menjadi dogma itu sendiri. Dimana rasionalitas modern menjadi dogma tersendiri, mereka menghancurkan apa saja yang dianggap mitos dan nilai-nilai, minimal dikatakan kolot, bodoh, terbelakang, norak, katro dll. Para kaum pencerahan memaksakan semua masyarakat berada dalam satu garis rasionalisme mereka.

Benjamin Franklin begitu memuja sistem kapitalisme, yaitu dengan memunculkan jargon Time is money, sehingga nilai-nilai spiritual dan ibadah tersingkirkan. Wajar saja para pendakwah dan seniman menjadi pemburu uang, sehingga nilai spiritual dan estetika hilang akibat sistem kapitalisme yang menjadikan uang sebagai segalanya.

Adorno dan Hokraimer melihat fasisme, rasisme, kapitalisme, dan birokratisasi bukanlah tradisi yang muncul secara tiba-tiba, tapi itu semua adalah hasil logis dari modernisasi. Misalnya tanah kuburan leluhur Pangeran Diponegoro yang diserobot penjajah Belanda untuk ditanami rempah-rempah sebagai penumpukan capital VOC, membuat pemberontakan, tujuannya adalah untuk mempertahankan sistem nilai yang ingin dihancurkan oleh Belanda.

Goete yang menganggungkan tradisi pencerahan, karena dianggap akan menghasilkan kebebasan berpikir dan kritisme, justru pohon OAK yang merupakan tanaman kesukaan Goete ditanam disebelah camp konsentrasi tempat pembantaian ribuan sampai jutaan orang. Sehingga Adorno menganggap yang dimaksud kemajuan adalah sesuatu yang berasal dari busur panah menjadi bom atom.

Kemajuan-kemajuan akibat tradisi pencerahan, secara tidak langsung menghancurkan tradisi-tradisi lama, sistem-sistem nilai tradisional dibuat hanya menjadi tumpukan di museum-museum. Malapetaka-malapetaka sejarah itu harusnya kita rapikan kembali dan kita carikan solusi, hanya saja justru kita dipaksa untuk terus maju, dengan janji perubahan dan pembaharuan yang membuat kita terlena.






0 komentar:

Posting Komentar