Oleh
Adriansyah
Abah Kasta Atmaja Wijaya Kusuma adalah sosok legendaris yang pernah ada didaerah Jelambar Utama Sakti Jakarta Barat, beliau adalah sosok pria kelahiran tahun 1865 dan wafat tahun 2003, jadi usia Abah Kasta mencapai 138 tahun. Beliau terkenal memiliki keberanian, kegagahan, kesaktian, dan kemanjuran. Anak murid Abah Kasta sudah tersebar diseluruh Indonesia bahkan sampai ke Luar Negeri, dan beliau adalah sesepuh sekaligus pendiri dari Perguruan Aji Jaya Sampurna Paku Alam Sejagat yang kini sudah memiliki lebih dari 100 Cabang di seluruh Indonesia dan Luar Negeri.
Awalnya
saat usia masih sangat belia, Kasta muda sangat sering terlibat perkelahian
dengan teman sebaya atau yang lebih tua, dalam setiap perkelahian hampir tidak pernah
menang, beliau selalu menjadi anak yang di bully oleh kawan-kawannya. Namun,
penderitaan bathin dan fisik yang didapatkan membuat Kasta melakukan pertapaan.
Kasta
bertapa di bawah pohon besar di Petilasan Pangeran Sutajaya (TPU Waled) Jl. Raya Waled Desa Kabupaten Cirebon. Pertapaan itu dilakukannya
di usia muda, saking lamanya bertapa membuat punggungnya
menempel di pohon tersebut sampai pohonnya bolong, dan hingga saat ini bekas tapa Abah Kasta masih
ada di pohon tersebut. Pertapaan itu mirip dengan tapa Brata yang pernah
dilakukan Arjuna (tokoh Pandawa dalam pewayangan), dan tapa yang dilakukan Abah
Kasta berlangsung selama tiga tahun sepuluh bulan.
Pada
saat melakukan pertapaan banyak sekali ujian dan godaan yang beliau dapati,
banyak mahluk halus yang menyeramkan menampakan wujudnya dihadapannya, namun
tidak sedikitpun Abah Kasta menghentikan pertapaannya. Mahluk halus yang
menampakan diantaranya adalah bangsa Jelma, setan, hantu, Jin, Dedemit, Siluman,
Gantrawang, bola api, teluh, dan lain sebagainya. Tekad yang kuat dan keberaniannya
dibuktikan dengan tidak sedikitpun beranjak dari pertapaanya meski ditampakan
wujud-wujud yang menyeramkan.
Saat
pertapaan sampai tiga tahun, ada sosok Nenek tua membawa tongkat menghampiri
Abah Kasta dan nenek tua itu bertanya, “Tong, ngapain disini nyeksa badan? Kamu
mau apa? Mau kesaktian? Kekayaan? Atau perempuan? Sebut aja atuh tong.” Lalu
Abah Kasta menjawab, “Nggak nek, saya cuma mau jadi manusa sempurna ning manusa
sejati ning manusa sejati ning tunggal.” Si Nenek tersebut tersenyum dan
bilang, “baik kalau begitu tong, tapi syaratnya kamu harus memanusakan manusia.”
Dengan lantang dan tegas Abah Kasta menjawab, “iya saya siap.” Kemudian si
Nenek tua tersebut merobek dada Abah Kasta dengan ujung tongkatnya, dicuci, dimasukan
cahaya yang berbentuk tulisan Arab gundul kedalam dada Kasta, dan sobekannya
dirapatkan kembali.
Saat
nenek tersebut ingin meninggalkan Abah Kasta, nenek tersebut memperlihatkan kepada
Kasta sosok para Waliyullah dari seluruh penjuru Nusantara dan bahkan sampai
tanah Arab. Maka, bisa dikatakan seluruh Waliyullah di Nusantara mengenal Abah
Kasta Atmaja Wijayakusuma, atau yang biasa disebut Pangeran Sapu Jagat Cirebon Girang. Dan gelar Pangeran Sapu Jagat dimaksudkan agar Kasta menyapu seluruh
angkara murka dijagat ini.
Pertapaan
Kasta sudah menempuh tiga tahun, namun belum juga berhenti, kemudian beliau
melanjutkan lagi pertapaan sampai sepuluh bulan, dan datanglah anak angon yang
sedang mengembala kambing, kemudian anak angon tersebut mengira Kasta adalah
patung, anak itu berkata “ini orang apa patung yak?” Diambilah daun ilalang, anak tersebut mengorek-ngorek lubang hidung Kasta, dan “Haaaaaaciiiiimm” Kasta
bersin, karena kaget anak tersebut lari dan teriak “setaaaannn.” Kemudian Kasta
menghentikan pertapaan, dan kembali kerumahnya.
Saat
sampai dirumah, tetangga yang ditemui langsung lari ketakutan, karena Kasta
menghilang selama 3 tahun 10 bulan dan dianggap sudah meninggal dunia. Sampai
dirumah Kasta mencukur rambut gondrongnya, kumis dan jenggot panjangnya yang
tidak dicukur selama bertapa. Kemudian membawa uang satu koper untuk berkelana
guna mengetes ilmu yang didapatkan selama bertapa.
Kasta
pergi ke pasar yang terkenal banyak preman, lalu Kasta meminta para preman
kumpul, lalu terkumpulah sekitar 10 orang preman. Setiap preman diberikan
uang, dan syaratnya harus mau mengeroyok Kasta, dan preman-preman tersebut
bersedia memenuhi permintaannya. Semua preman menyerang dari segala penjuru,
Kasta berkelahi dengan cara asal-asalan, karena memang tidak memiliki keahlian
bela diri apapun. Dengan tenaga dalamnya preman-preman tersebut terlempar, ada
yang muntah darah, ada yang patah tulang, ada yang dipendam ke tanah.
Sebagaimana janjinya, Kasta memberikan uang pada prema-preman yang sudah
dihajarnya sebagai bentuk ucapan terima kasih karena sudah mau mengeroyok.
Saat
perang kemerdekaan Kasta juga terlibat dalam perperangan, kalau Bung Karno
tokoh pergerakan, Kasta adalah tokoh adu jotos sama Kompeni dan Jepang.
Diceritakan saat pesawat Belanda menjatuhkan granat dan roket diatas Kasta, tidak
satupun yang meledak saat jatuh ke tanah, bahkan roketnya ada meledak diatas
langit.
Ada juga cerita tentang seorang yang terkenal orang kuat dan sakti, kabarnya dia dari Arab, saat di
Arab tidak satupun orang yang mampu mencukur rambutnya, lalu datanglah ke Tanah
Jawa, namun belum juga ada yang mampu memotong rambutnya. Datanglah Kasta
sambil berkata, “sini saya potongin biar rapi.” Orang Sakti itu langsung ketawa
dan merasa diledek, dan ternyata Kasta memang berhasil memotong rambutnya.
Orang sakti itu terkejut dan berkata, “sialan nih bocah…batal keramat saya.”
Dalam perjalanan Kasta untuk mengetes ilmunya, beliau bertemu Haji Dieng yang terkenal
sebagai raja santet di Indonesia di Kampung Buek daerah Rangkas Bitung, dari belakang dilemparkan santet yang berisi
paku dan jarum yang dikirim dari jarak sekitar 30 meter, dan Kasta berbalik
lalu dengan tenaga dalamnya membalikan santet tersebut, dan Ki Gunung Karang
sampai setengah badannya terpendam di pasir pantai. Ki Gunung Karang langsung
bersumpah, “saya tidak akan berani mengganggu Kasta beserta anak muridnya
sampai kapanpun.”Hingga kini, puluhan ribu pemegang ilmu Aji Jaya Sampurna yang
tersebar diberbagai penjuru, dengan lintas profesi, mereka selalu diminta untuk
mengobati penyakit medis dan non medis, dan kebanyakan memilih untuk tidak
menjadi Jawara, tapi lebih kepada pengobatan saja.
Saat
daerah Jelambar ingin digusur, Abah berdiri paling depan buat menolak penggusuran, semua satpol PP beserta preman bayarannya habis dihajar. Karena tidak
bisa menyerang secara fisik, diseranglah lewat jalur santet. Saat Abah Kasta
sedang mencuci buah, tiba-tiba jatuh pisau dari atas dan menancap didepannya,
diambillah pisau tersebut untuk mengupas mangga sambil berucap “balikin ke
pengirim”, dan si pengirim santet tersebut tewas hari itu juga.
Berdasarkan
pengakuan murid Abah Kasta, ada sekitar seratus orang dari sebuah Perguruan Silat
terkemuka mendatangi rumah Abah Kasta untuk mengadu ilmu, dan dibuatlah surat perjanjian diatas materai agar tidak saling
menuntut apapun bila terjadi sesuatu. Setelah surat perjanjian di tanda tangan,
seratus orang tersebut masuk bersamaan menyerang Abah Kasta dan anak buahnya
yang sekitar 5 orang, dan seratus orang tersebut terlempar semua. Dan dari
dokumen yang ditemui, ada beberapa perguruan Silat yang menyatakan takluk
dengan Perguruan Aji Jaya Sampurna Paku Alam Sejagat pimpinan Abah Kasta.
Bahkan, salah satu Pesantren terkemuka di Jombang Jawa Timur sekitar 40 orang
menyatakan berguru pada Abah Kasta, setelah sebelumnya kalah saat bertarung kesaktian
dengan anak buah Abah Kasta, dimana ajian Saifi Api dari santri tersebut
dibalikan anak buah Abah Kasta dengan Ajian Pupul Bayu.
Ada juga kisah seorang pendekar yang bisa mengapung di atas daun, dia bisa lompat dari satu dahan ke dahan. Abah Kasta bilang, "coba lompat lagi Ki." Saat lompat, langsung ditembak pakai tenaga dalam, pendekar tersebut langsung terjatuh.
Pernah ada pendekar yang jalan di atas air, ia atraksi dihadapan Abah Kasta, lalu ilmunya diambil sama Abah, pendekar tersebut langsung jatuh ke laut dan diselamatkan murid-muridnya. Gantian Abah Kasta yang jalan diatas air.
Abah Kasta tidak pernah belajar silat, lalu turun ilmu silat secara gaib, namanya silat rante, gerakannya dominan pada tendangan, beberapa kali dipakai ikut sayembara tarung bebas dan selalu menang, sampai kalau Abah Kasta muncul di sayembara langsung pada mundur, karena pukulannya sekeras besi baja.
Waktu didatangi pendekar Rawa Rontek, banyak murid Abah yang pukul pendekar tersebut, tapi tidak apa-apa. Abah hanya mencolek pipi orang tersebut, langsung dia tersungkur dan ilmu rawa ronteknya hilang.
Dalam
memegang ilmu yang dimiliki Abah Kasta haruslah menjaga sumpah pertalekan
(perjanjian), dan apabila sumpah itu dilanggar maka ilmu itu akan tumpul dan
bahkan hilang dengan sendirinya. Adapun sumpah pertalekannya adalah: 1.Kalau
ngomong jangan salah 2. Kalau salah harus menerima 3. Amanah sampaikan 4.
Dipercaya jangan merusak 5.kudu silih asah, silih asih, silih asuh sesama kaula
6. Tekun ke Allah 7. Tekun ke Rasulullah 8. Tekun ke orang tua 9.Tekun ke mertua
10. Tekun ke Negara sifatnya Ratu 11.Tidak berzina, mabok, berjudi, dan
mencuri. Dari sini bisa dilihat, ketaatan pada perintah agama dan akhlak yang
baik adalah syarat memegang ilmu Sapu Jagat.
Semoga
tulisan mengenai profil seorang Waliyullah bernama Abah Kasta Atmaja Wijaya
Kusuma bisa bermanfaat, tidak lupa doa penulis sampaikan kepada Allah SWT agar almarhum Abah Kasta diberikan derajat kemuliaan oleh Allah SWT. Abah Kasta wafat
di usia ke-138 tahun, dan beliau dimakamkan di komplek pemakaman Tegal Alur
Tangerang.
Sumber: Saksi Mata
3 komentar:
terbaik adri nih....
lanjutkan dri....
semoga beliau mendapat kedudukan yang tinggi di hadapan allah... saya aadalah orang yang juga pengamal amalan beliau, walaupun saya hanya mewarisi ilmu dari bapak saya yang berguru langsung pada beliau tp sy merasa dekat sekali dengan abah kasta wijaya satria sapu jagat cirebon girang.
Posting Komentar