ISLAM INDONESIA:SUNNI DAN SYIAH KULTURAL

Selasa, 15 November 2011

Adriansyah


Setelah penyesatan pada Ahmadiyah dan juga pelarangan terhadap ajarannya, kini saatnya bentuk penyesatan dan pengusiran ditujukan pada jemaah Syiah di Sampang Madura. Jemaah tersebut bernama IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait). Warga masyarakat di sana senantiasa diberikan pemahaman bahwa Syiah itu adalah ajaran sesat dan harus dihilangkan.


Ini pernah terjadi ketika dulu Gus Dur dianggap pelindung dan ikut merebaknya aliran Syiah di Indonesia, dan bahkan ketua umum PBNU Said Aqil Siradj juga pernah di sebut-sebut sebagai agen Syiah yang menyusup ke NU. Sedangkan di kalangan warga Muhammadiyah juga ada tokoh Jallaludin Rakhmat (Kang Jallal) juga dikatakan sebagai agen Syiah, namun beliau sendiri mengakuinya. Namun, apakah benar tuduhan yang di tujukan kepada Gus Dur dan Said Aqil Siradj sebagai kyai Syiah?


Sebelum membantah tuduhan tersebut kita harus pahami perbedaan yang sangat tajam antara Syiah dan Sunni. Orang Syiah meyakini bahwa percaya kepada para Imam merupakan rukun iman, karena bagi mereka para imam bersifat ma’sum, sedangkan Gus Dur dan Said Aqil tidak meyakini. Bagi Syiah, Rasulullah SAW pernah memberi wasiat bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW, dan Gus Dur dan Said Aqil juga tidak sepakat. Jadi saya yakin kalau warga Syiah juga tidak mau mengakui Gus Dur dan Said Aqil sebagai Syiah.


Dalam tradisi kebudayaan Islam di Indonesia tidak lepas dari budaya Islam Syiah. Misalnya, budaya satu suro ada sajian bubur merah dan bubur putih, tradisi ini adalah tradisi Syiah, karena bubur merah adalah simbol dari darah Imam Husein yang tumpah di padang Karballa. Upacara Tabuik di Pariaman Sumatera Barat juga memperingati tragedi Karballa. Bahkan tradisi maulid Nabi SAW sebenarnya bukan diadakan pertama kali oleh Shalahudin al-Ayubi yang berpaham sunni, tapi sebenarnya tradisi tersebut sudah ada sejak masa Khalifah al-Muiz Lidinillah dan beliau adalah Syiah.


Dan sekarang juga sedang marak majelis-majelis shalawat, seperti majelis Nurul Mustofa dan majelis Rasulullah SAW yang berpaham sunni. Pada saat mallahul Qiyam semua jemaah berdiri, ini juga tradisi Iran yang berpaham Syiah, sedangkan kalau paham Asyariah tidak berdiri. Karena berdirinya sudah merupakan sifat kultus. Mencium tangan para habaib sampai bolak-balik itu sebagai bentuk penghormatan pada ahlul bait, itu juga Syiah.


Begitu juga di Madura, ada seorang tokoh ulama kharismatik bernama KH. Kholil Bangkalan, beliau di yakini sebagai seorang waliyullah, dan setiap tahun santrinya mengdakan tradisi haul,itu juga tradisi Syiah yang dilakukan kepada para Imam. Jadi, menurut saya Islam Indonesia adalah sunni dan syiah kultural.


Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu pendekar demokrasi gigih membela hak keberagamaan mereka. Sayangnya beliau telah wafat, dan kini penggantinya belum ada yang berani tampil membela kaum minoritas. Sunni bukan mazhab resmi Negara, jadi sikap taqiyah (sembunyi-sembunyi) dari warga Syiah seharusnya tidak perlu di lakukan di Indonesia. Berbeda-beda tapi tetap satu.

0 komentar:

Posting Komentar